Langsung ke konten utama

Desain Bandara Muan Dipertanyakan Usai Kecelakaan Tragis Pesawat Jeju Air yang Menewaskan 179 Orang

Desain-Bandara-Muan-Dipertanyakan-Usai-Kecelakaan-Tragis-Pesawat-Jeju-Air-yang-Menewaskan-179-Orang


Kecelakaan pesawat Jeju Air penerbangan 7C2216 pada Minggu, 29 Desember 2024, yang menewaskan 179 orang, telah mengguncang dunia penerbangan dan menimbulkan banyak pertanyaan tentang desain Bandara Muan. Pesawat Boeing 737-800 tersebut mengalami kecelakaan hebat setelah mendarat darurat akibat masalah teknis dengan roda pesawat yang tidak keluar. Perut pesawat menghantam landasan pacu dan meluncur hingga menabrak gundukan tanah dan dinding beton pembatas di ujung landasan, yang akhirnya menyebabkan ledakan dahsyat.

Keberadaan dinding beton dan gundukan tanah di ujung landasan pacu ini menjadi sorotan utama para ahli penerbangan. Beberapa dari mereka menganggap penghalang tersebut sebagai faktor penting yang memperburuk kecelakaan tersebut, yang dapat mempengaruhi tingkat keselamatan dan jumlah korban jiwa. Salah satu suara yang menggema adalah Todd Curtis, seorang mantan insinyur keselamatan Boeing yang bekerja hampir satu dekade di perusahaan tersebut. Curtis menyatakan bahwa desain landasan pacu yang mencakup tembok beton dan gundukan tanah itu sangat berbahaya dan memperkecil kemungkinan pesawat bisa dihentikan dengan aman.

“Hal itu tentu saja menyulitkan untuk menghentikan pesawat dengan aman,” kata Curtis, yang juga mendirikan Air Safe Media, sebuah organisasi yang melacak kecelakaan dan insiden penerbangan. Ia menambahkan bahwa desain tersebut sangat merugikan dalam situasi darurat, terutama ketika pesawat sudah tergelincir dan berada dalam kecepatan tinggi saat mencapai ujung landasan.

Beberapa ahli penerbangan lainnya juga berpendapat bahwa jumlah korban jiwa dalam kecelakaan ini bisa jauh lebih rendah jika pesawat tidak menabrak dinding beton tersebut. John Cox, seorang konsultan keselamatan penerbangan dan pilot Boeing 737, mengatakan bahwa pesawat tampaknya melambat dengan baik setelah tergelincir, dan segalanya berjalan cukup baik hingga akhirnya pesawat menghantam tembok beton yang kokoh tersebut.

Menurut Cox, penyebab kematian mayoritas penumpang kemungkinan besar adalah akibat trauma benda tumpul setelah pesawat menabrak dinding beton. Ia menilai bahwa penghalang di ujung landasan pacu seharusnya lebih lembut dan dapat menghentikan pesawat dengan lebih aman, seperti yang diterapkan di bandara-bandara besar lainnya.

Namun, perlu dicatat bahwa penghalang di tepi landasan pacu sebenarnya bukan hal yang langka dan umumnya direkomendasikan sebagai langkah pengamanan. Misalnya, di Bandara LaGuardia New York, ada sistem penahan material yang dirancang untuk menghentikan pesawat yang melaju di luar landasan pacu. Sistem ini dirancang sedemikian rupa agar material penahan tersebut dapat dihancurkan dan melambatkan laju pesawat tanpa menimbulkan bahaya lebih lanjut. Pada tahun 2016, pesawat yang membawa calon wakil presiden Mike Pence bahkan melampaui batas landasan pacu di LaGuardia, namun berhasil dihentikan dengan aman oleh sistem tersebut.

Namun, penghalang di Bandara Muan tampaknya berbeda. Berdasarkan rekaman video dan analisis dari para ahli, tembok beton dan gundukan tanah di ujung landasan pacu Muan terlihat jauh lebih kokoh dan tidak dirancang untuk menghentikan pesawat dengan cara yang aman. Desain ini menjadi titik perhatian utama dalam penyelidikan kecelakaan yang sedang berlangsung. Banyak pihak yang meyakini bahwa penghalang yang keras ini menjadi faktor penyebab utama fatalitas dalam kecelakaan tersebut, dan ini akan menjadi fokus utama bagi para penyelidik.

Penyelidikan atas kecelakaan yang menewaskan 179 orang ini tentu memerlukan waktu yang lama. Para penyelidik akan memeriksa sejumlah faktor, termasuk catatan perawatan pesawat, penjadwalan pilot, serta rekaman suara kokpit yang dapat memberikan wawasan lebih lanjut mengenai apa yang terjadi sebelum kecelakaan tersebut. Pada tahap awal penyelidikan, ada dugaan bahwa serangan burung bisa menjadi faktor penyebab utama kerusakan mesin pesawat, meskipun hal ini masih perlu dikonfirmasi lebih lanjut.

Penyelidikan yang komprehensif dan menyeluruh akan sangat penting untuk memahami apa yang sebenarnya terjadi dan bagaimana kecelakaan ini bisa terjadi. Meskipun penghalang yang keras di ujung landasan pacu jelas menjadi sorotan, ada banyak faktor lain yang perlu dianalisis dengan seksama. Para penyelidik akan mengumpulkan bukti, data teknis, serta informasi terkait dari pihak-pihak yang terlibat untuk menemukan penyebab pasti dari tragedi ini.

Kecelakaan pesawat Jeju Air ini juga mengingatkan kita semua akan pentingnya desain yang aman di bandara. Keamanan penerbangan tidak hanya bergantung pada pesawat dan kru yang terlatih, tetapi juga pada infrastruktur yang mendukung operasional bandara. Desain landasan pacu dan penghalang di ujung landasan pacu harus memenuhi standar keselamatan yang ketat, karena ini berpotensi menjadi faktor penentu dalam menyelamatkan nyawa manusia dalam situasi darurat.

Jika memang terbukti bahwa desain Bandara Muan tidak memenuhi standar keselamatan yang memadai, ini bisa menjadi pelajaran penting bagi otoritas penerbangan global untuk lebih memperhatikan infrastruktur bandara sebagai bagian integral dari keselamatan penerbangan. Sementara itu, keluarga korban kecelakaan ini tentu berharap agar penyelidikan dapat dilakukan dengan transparan dan tuntas, sehingga tidak ada lagi kejadian serupa yang menimpa penumpang pesawat di masa depan.

Penyelidikan masih berjalan dan mungkin membutuhkan waktu berbulan-bulan sebelum kesimpulan akhir dapat dicapai. Namun, satu hal yang pasti adalah bahwa tragedi ini telah menyoroti kekurangan dalam desain bandara yang mungkin tidak cukup memperhatikan keselamatan pesawat dalam situasi darurat.

Postingan populer dari blog ini

Sergio van Dijk Ungkap Sisi Lain Patrick Kluivert